Skip to main content

Rolade pangsit udang ayam

Ketika  masih SD, setiap kali menyantap udang atau makanan laut lain..pada malam harinya sekujur badan mama dari wajah sampai kaki langsung dipenuhi bentol bentol besar yang rasanya panass dan gatal. Kata ibu namanya "Biduren". Bayangkan jika sepanjang hari badan kita terasa gatal tapi dilarang menggaruk, karena kalau digaruk katanya nanti gak sembuh - sembuh dan malah nulari bagian yang gak gatal. Kena air juga gak boleh. Padahal rasanya pingin nyemplung ke kolam saking panasnya. Jadi yang bisa mama lakukan cuma glundang glundung di ubin yang dingin atau ngadem di depan kulkas yang kalau ketahuan sama ibu langsung diomelin habis - habisan. Biasanya kalo sudah biduren begitu bisa 3-4 hari gak masuk sekolah. Disitu mama merasa senang - senang sedih. Senang karena mama bisa "libur" sekolah, bisa baca komik atau nonton tv seharian tanpa ada yang ngomelin karena ibu kerja, hehe. Sedih karena kalo udah mulai masuk sekolah berarti harus lembur nyalin catatan dan PR.

Pada jaman itu, olahan udang yang mama kenal cuman bakwan udang atau oseng sayuran yang dicampur udang. Udang kan memang gurih banget ya, apalgi dirumah juga jarang masaknya. Jadi kalo udah liat bakwan udang di meja makan tu serasa nemu emas permata. Biarpun dilarang tetep aja kadang - kadang nekat makan. Kemudian biduren lagi. Tapi tetep aja gak kapok. Hingga entah sejak kapan tiba - tiba alergi mama sembuh sendiri, selepas makan udang udah gak biduren lagi. Mungkin karena dilawan jadinya tubuh mama pelan - pelan membentuk imun sendiri kali ya *sotoyy. Tentunya senang sekali dong bebas dari alergi. Dan untung saja alerginya gak nurun ke anak, jadi bebas masak udang.. yayy. Biarpun penggemar udang, tapi tetep saja mama jarang masaknya.. soalnya kalo habis mbersihin udang mentah tangan mama langsung gatal - gatal. Biarpun udah pake sarung tangan plastik tetep aja ketusuk - tusuk sungutnya, dan akhirnya tetep basah - basah juga tangannya kena cairan udang yang merembes. Lagipula di daerah yang gak dekat laut begini udang kan mihil ya buu. Makanya waktu kemarin liat diskon udang di supermarket langsung serbuu. Berhubung ke spm.nya malem jadinya cuma dapet sisa - sisa. Lumayanlah dapet 300gr. Rencananya daging udangnya dicincang trus dibikin semacam pangsit gitu, tapi karena gak sabaran setelah dieksekusi jadinya malah lain..hahaha.. gapapalah yang penting tetep enak. Setelah dikupas daging udangnya cuma dapet 175gr, huhu.. tapi gak rugilah, kepala dan kulitnya mama buat kaldu buat disetok lagi, hehe.

Rolade yang sudah dikukus bisa disimpan di freezer ya. Tata berjajar di loyang jangan menempel satu sama lain, kalo sudah beku bisa masukkan dalam tupperware, kalo mau diolah tinggal didiamkan disuhu ruang, dipotong - potong terus digoreng atau dicampurin ke dalam sup. Kalo mama lebih suka digoreng gitu aja, lebih gurihhh. Tapi kalo Kirana lebih suka dicemplungin ke sup. Silakan ya kalau mau coba resepnya.


Rolade Pangsit Udang Ayam

Bahan
16 buah kulit pangsit instan
175 gr udang giling
125 gr ayam giling
1 butir telur
1/2 buah wortel parut
2 sdm tepung tapioka
1 sdm tepung terigu
1 sdm seledri cincang
1 sdm minyak wijen
1 sdm kecap ikan
2 sdm biji wijen
2 siung bawang putih
1 sdt garam
2 sdt gula
1 sdt merica

Cara membuat
1. Haluskan bawang putih bersama gula, garam dan merica.
2. Campur bumbu halus dengan bahan lainnya
3. Ambil 2 lembar kulit pangsit, kemudian letakan 2 sdm adonan kemudian ratakan pada permukaan kulit pengsit dengan menyisakan sisi atas dan sisi bawah. Saya menggunakan sendok plastik untuk meratakan adonan, kemudian gulung bentuk roll






4. Panaskan panci kukus, olesi dasar kukusan dengan minyak agar rolade tidak menempel. Begitupun jika menumpuk rolade, jangan lupa untuk mengolesi minyak pada permukaannya agar tidak saling menempel
5. Kukus 15 menit.

Comments

Popular posts from this blog

Jadi Ibu Bahagia, Hadirkan Masakan Penuh Cinta Bersama KRAFT Quick Melt

  Tak terasa ya, sudah hampir 3 bulan ini anak - anak aktif bersekolah lagi, seperti sebelum pandemi. Bagaimana bu? Apakah setiap pagimu selalu berseri - seri dalam menyambut hari. Ataukah bertanduk dan berubah wujud menjadi reog, macan hingga barongsai? Nah, ketika menyimak grup obrolan ibu - ibu. Ternyata banyak juga ya, yang mengalami culture shock di era back to normal school ini. Jangankan yang rumahnya jauh dari sekolah. Yang dekatpun, keluhannya tak jauh beda. Ibu - ibu ini, setiap paginya seperti berkejaran dengan kereta api. Nggak pernah absen mengomel dan menyanyi dengan nada tinggi. Berulang kali meminta anak - anak mereka untuk mandi, makan dan menyiapkan diri. Sambil sesekali melirik jam dinding yang terus berdetak tanpa henti. Aktivitas mengomel dan menyanyi ini biasanya juga dibarengi dengan adegan jungkir balik menyiapkan sarapan, menyiapkan bekal. Atau sambil bersiap - siap kerja, bagi ibu yang bekerja. Baru pagi hari, tapi rasanya sudah ngos - ngosan kehabisan energi.

Insto Dry Eyes, Solusi Seketika Untuk Gejala Mata Kering Saat Mengemudi Mobil

Gejala mata kering bisa datang tiba – tiba dan mengganggu aktivitas kita. Entah itu saat sedang asyik membaca, marathon nonton drama Korea, atau mengemudi di jalan raya. Jangan dibiarkan saja, Untuk gejala mata kering, Insto Dry Eyes solusinya. Setiap kali memperhatikan suami tatkala ia sedang mengemudi, saya selalu berpikir bahwa mengemudi mobil itu hal yang mudah. Hanya menggoyang setir, mengganti gigi, menginjak pedal gas dan pedal rem saja kan? Apa sih sulitnya? Tapi secara praktik, mengemudi mobil itu ternyata tak semudah yang dibayangkan. Karena ada entitas tak berwujud lain yang mesti diperhitungkan. Seperti feeling , respon berpikir, fokus dan konsentrasi.  Mengemudi mobil juga butuh mental yang berani, serta koordinasi yang apik antara mata, tangan dan kaki. Apalagi untuk mengemudi di jalan raya. Lengah sedikit tak hanya dapat membahayakan diri sendiri saja, namun juga bisa mencelakakan pengguna jalan lainnya. Hal yang paling krusial saat mengemudi di

Jalan - jalan ke Cibinong City Mall untuk Akhir Pekan yang Menyenangkan

Saat weekdays , pagi - pagi sekali ayah sudah berangkat bekerja. Kirana menghabiskan setengah harinya di sekolah. Sementara saya, sepanjang hari berjibaku dengan berbagai urusan rumah tangga sambil mengasuh Aruna. Rutinitas seperti ini, otomatis membuat family time yang terbangun pada hari kerja sangat terbatas waktunya. Itu sebabnya, kita semua selalu mendamba weekend, bukan? Weekend atau akhir pekan, bagi saya adalah saatnya family time . Dimana semua anggota keluarga bisa berkumpul lengkap dan menghabiskan waktu bersama. Salah satunya dengan pergi jalan - jalan. Dengan segala kepenatan yang begitu terasa saat hari kerja, tentunya semua ingin jalan - jalan saat akhir pekan. Apalagi saya, ibu rumah tangga yang sehari - harinya hanya di rumah saja. Masa iya akhir pekannya nggak kemana - mana? Tentunya sayalah yang paling semangat mengajak orang rumah untuk jalan - jalan. Jalan - jalan keluarga kami itu nggak neko - neko kok. Yang penting membuat